banner

Cerpen Romantis Jilid 2 : Cinta Yang Terpendam

Cerpen Romantis Jilid 2  Cinta Yang Terpendam

Rian dan Vika adalah dua orang yang berteman baik karena mereka bekerja bersama di sebuah perusahaan penerbitan majalah. Rian memiliki bakat sebagai fotografer, sedangkan Vika ahli dalam bidang penyuntingan oleh karena itu ia ditugasi sebagai editor. Seringkali mereka bekerja sama dalam menciptakan konten majalah dan menjalin hubungan baik di luar jam kerja.

Rian sudah lama menyimpan perasaan khusus terhadap Vika. Ia terpesona oleh senyum manis, sinar dalam matanya, dan suara merdunya. Selain itu, Rian juga terpukau oleh bakat dan semangat Vika dalam dunia fotografi. Namun, Rian tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Ia merasa takut ditolak dan khawatir hal itu akan merusak hubungan persahabatannya dengan Vika.

Di sisi lain, Vika juga memiliki perasaan yang khusus terhadap Rian sebagai teman. Mereka saling berbagi cerita dan tawa. Vika merasa nyaman dan aman saat berada di dekat Rian. Namun, ia tidak menyadari bahwa Rian sebenarnya mencintainya lebih dari sekadar seorang sahabat.

Suatu hari, Rian mengajak Vika untuk menghadiri pameran fotografi. Mereka berdua berjalan-jalan di sekitar galeri, menikmati indahnya karya-karya seni visual yang dipamerkan. Saat berada di depan satu foto yang memukau, suasana menjadi semakin intim di antara mereka.

Rian: "Vika, lihatlah foto ini. Bagaimana menurutmu?"

Vika: "Wow, foto ini sungguh mengesankan! Kamu memiliki bakat yang luar biasa dalam fotografi, Rian. Aku bangga menjadi temanmu."

Rian tersenyum, namun dalam hatinya ia berharap Vika bisa melihat bahwa lebih dari sekadar kebanggaan sebagai teman yang ia rasakan. Namun, ia tetap memilih untuk menyembunyikan perasaannya.

Rian: "Terima kasih, Vika. Aku senang kamu menghargai karya-karya fotoku."

Kehangatan di antara mereka terus tumbuh. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di luar kantor, seperti pergi ke kafe atau mengunjungi tempat-tempat menarik di sekitar kota. Meski hati Rian terus tergugah, ia tetap merasa ragu untuk mengungkapkan perasaannya.

Hari itu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke sebuah taman yang indah. Suasana yang tenang dan pemandangan yang memukau menciptakan suasana romantis di antara mereka.

Rian: "Vika, apakah kamu pernah berpikir tentang bagaimana perasaan kita satu sama lain?"

Vika: "Tentu, Rian. Kamu adalah sahabat terbaikku. Aku sangat beruntung memilikimu dalam hidupku."

Meskipun Vika memberikan tanggapan yang penuh kehangatan, Rian merasa sedikit kecewa. Ia menyadari bahwa Vika masih melihatnya sebagai seorang sahabat, bukan sebagai pria yang mencintainya dengan sepenuh hati.

Rian memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya dengan menciptakan momen-momen yang tak terlupakan bersama Vika. Mereka melakukan perjalanan ke pegunungan, menghadiri konser musik, dan bahkan mengikuti kursus fotografi bersama-sama. Setiap momen itu, Rian berharap Vika bisa melihat betapa ia mencintainya melalui tindakan-tindakan kecil dan perhatian yang ia berikan.

Namun, waktu terus berlalu dan Rian merasa semakin putus asa. Ia menyadari bahwa tak peduli seberapa banyak momen indah yang mereka lewati, Vika tetap tak menyadari perasaannya yang terpendam.

Suatu hari, Vika mendapat kabar bahwa mantan pacarnya, Dika, yang sudah lama tak berhubungan dengannya, ingin bertemu. Vika merasa penasaran dan setuju untuk menemui Dika. Rian merasa cemburu dan khawatir, tetapi ia tak bisa melarang Vika untuk menjalani hidupnya.

Ketika Vika dan Dika bertemu, Dika mengungkapkan bahwa ia masih mencintai Vika dan ingin memulai kembali hubungan mereka. Ia juga menyatakan bahwa ia siap untuk menikahi Vika. Vika merasa kaget dan bingung. Ia masih merasakan rasa sayang terhadap Dika, tetapi ia juga meragukan apakah bisa mempercayainya lagi setelah ia meninggalkannya tanpa alasan beberapa tahun yang lalu.

Vika memutuskan untuk meminta waktu untuk berpikir. Ia bercerita kepada Rian tentang pertemuannya dengan Dika, mencurahkan hatinya.

Vika: "Rian, aku benar-benar bingung. Aku tahu kamu juga khawatir tentang ini. Tolong beri aku waktu untuk memikirkan semuanya."

Rian: "Tentu, Vika. Aku akan selalu mendukungmu, apa pun keputusanmu. Yang terpenting, pikirkanlah dengan hati-hati dan ikuti apa yang membuatmu bahagia."

Setelah beberapa hari berlalu, Vika akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran Dika. Ia merasa bahwa ini adalah kesempatan kedua bagi mereka untuk memperbaiki hubungan yang dulu retak. Selain itu, Vika juga yakin bahwa Dika adalah pria yang tepat baginya.

Vika: "Rian, aku memutuskan untuk menerima lamaran Dika. Aku merasa bahwa ini adalah kesempatan kedua bagi kami untuk memperbaiki hubungan yang dulu retak. Aku juga yakin bahwa Dika adalah pria yang tepat untukku."

Rian merasa hancur dan putus asa. Ia menyadari bahwa ia telah kehilangan Vika selamanya. Rian menyesali dirinya karena tidak pernah mengungkapkan cintanya pada Vika.

Rian: "Aku sangat bahagia untukmu, Vika. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang sejati bersama Dika."

Rian mencoba untuk tetap berteman dengan Vika, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia mulai menjauh dari Vika dan mengurangi komunikasinya dengan dia. Ia juga memutuskan untuk mencari pekerjaan baru di tempat yang jauh dari Vika, berharap bahwa jarak akan membantu ia melupakan perasaannya yang terpendam.

Vika merasa sedih melihat perubahan sikap Rian. Ia tidak mengerti mengapa Rian menjadi dingin dan menjauh darinya. Ia mencoba untuk menanyakan apa yang salah, tetapi Rian selalu menghindarinya.

Akhirnya, Rian mendapat pekerjaan baru di kota lain. Ia memutuskan untuk pindah dan meninggalkan Vika tanpa pamit. Ia hanya meninggalkan sebuah surat di meja kerjanya, yang berisi ungkapan perasaannya yang terpendam selama ini.

Vika menemukan surat itu setelah Rian pergi dan membacanya dengan sangat baik. isi surat itu sangat menggetarkan hatinya:

Kepada Vika,

Aku menulis surat ini dengan hati yang penuh rasa cinta yang terpendam selama ini. Aku ingin mengungkapkan perasaan ini sebelum aku pergi, sebelum kita berpisah. Aku takut jika aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengatakan ini padamu.

Sejak pertama kali kita bertemu, aku tahu bahwa kamu adalah orang istimewa bagiku. Senyum manismu, kilau matamu, dan suaramu yang merdu telah menghipnotisku. Setiap momen yang kita habiskan bersama, baik di kantor maupun di luar sana, hanya membuatku semakin yakin bahwa cinta ini tidak bisa aku tahan lagi.

Aku jatuh cinta padamu, Vika. Cinta yang dalam dan tulus. Setiap kali aku melihatmu, hatiku berdegup kencang, dan setiap kali aku mendengar suaramu, dunia seakan-akan berhenti berputar. Kamu membuatku merasa hidup, kamu membuatku ingin menjadi yang terbaik untukmu.

Namun, aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku. Aku takut jika aku akan merusak hubungan pertemanan kita yang berharga. Aku takut kamu akan menolakku dan menjauh dariku. Namun, seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa aku tidak bisa terus menyimpan perasaan ini sendiri.

Ketika aku mendengar bahwa mantan pacarmu ingin kembali, hatiku hancur. Aku merasa cemburu dan takut kehilanganmu. Tapi aku tahu, sebagai seorang sahabat, aku harus mendukung keputusanmu, bahkan jika itu menyakitkan bagiku.

Kini, aku telah memutuskan untuk pergi. Aku tahu ini mungkin satu-satunya jalan yang tersisa bagiku. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi kebahagiaanmu. Aku ingin kamu bahagia, walaupun itu berarti aku harus merelakanmu pergi.

Namun, sebelum aku pergi, aku ingin kamu tahu betapa besar cintaku padamu. Kamu adalah orang yang selalu ada di dalam hatiku, dan takkan pernah pudar. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaan sejati dengan orang yang kamu pilih, dan aku akan selalu mendoakanmu dari kejauhan.

Jika suatu hari kamu merasa kehilangan dan membutuhkan seorang teman, ingatlah bahwa aku akan selalu ada di sini, meskipun dalam diam. Kamu telah mengisi hidupku dengan keceriaan dan kehangatan, dan aku akan selalu menyimpan kenangan indah itu dalam hatiku.

Vika, terima kasih atas segala momen yang kita bagikan. Terima kasih telah menjadi sahabat yang luar biasa. Aku berharap kamu mendapatkan cinta sejati yang kamu cari dan bahagia selamanya.

Dengan penuh cinta,

Rian

Vika membacanya dengan mata berkaca-kaca dan tak terasa air mata itu tak bisa dibendung. Ia terkejut dan merasa sesak didada mengetahui bahwa Rian sebenarnya mencintainya sejak lama. Ia juga merasa bersalah karena tidak pernah menyadari perasaan Rian.

Vika mencoba untuk menghubungi Rian, tetapi sia-sia. Nomor teleponnya tidak aktif, dan alamatnya tidak diketahuinya. Ia hanya bisa menangis dan menyesali dirinya sendiri karena telah kehilangan seorang pria yang mencintainya dengan tulus.

Rian dan Vika tidak pernah bertemu lagi setelah itu. Mereka menjalani hidup dengan pilihan mereka masing-masing, meskipun dengan rasa penyesalan yang mendalam. Rian sadar ini adalah jalan hidup terbaik yang diberikan Tuhan untuknya, ia yakin suatu saat ada gadis lain diluar sana yang akan mengobati rasa sakit hatinya.

Cinta terpendam mereka menjadi sebuah cerita yang menyentuh hati bagi banyak orang yang membacanya. Ia mengajarkan tentang pentingnya berani mengungkapkan perasaan dan mengambil kesempatan dalam cinta, sebelum terlambat.


Baca Juga | Cerpen Romantis Jilid 3 : Cinta yang Tidak Pernah Padam

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url